Demi Masa, Sesungguhnya Manusia Itu Benar-Benar Berada Dalam Kerugian…

Written by Muhaimin Iqbal

Demi Masa

Dua puluh empat tahun setelah saya di wisuda, hari ini saya mengantarkan putri sulung saya wisuda. Waktu terasa berjalan begitu cepat sehingga dua puluh empat tahun berlalu begitu saja.

Di tengah hiruk pikuk suasana wisuda Universitas Gajah Mada yang hari ini berhasil mewisuda lebih dari 1500 orang, di tengah suasana gembira orang tua-orang tua yang terharu melihat buah hatinya berhasil memperoleh gelar sarjana, tidak tahu mengapa keharuan saya membuat saya merenungkan peringatan dalam surat Al-Ashr.

Sama dengan para sarjana baru yang diwisuda tadi pagi; dahulu saya bersama ribuan wisudawan yang lain – di tempat dan waktu yang lain – juga telah berjanji untuk berbakti pada negeri ini; kini setelah dua puluh empat tahun berlalu, sudahkah janji-janji tersebut kita tepati….?

Kalau sebagian saja dari ratusan ribu atau bahkan jutaan sarjana yang lahir di negeri ini berbakti secara sungguh-sungguh pada negerinya, mestinya kita sudah hidup dalam serba kecukupan dan kemakmuran.

Betapa tidak, kita hidup di satu negeri yang sumber daya alamnya melimpah, demikian pula sumber daya insaninya. Tersedia cukup sarjana pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perminyakan dan sejenisnya untuk mengolah segala yang ada di bumi pertiwi ini.

Tersedia cukup sarjana ekonomi perusahaan, akuntansi, manajemen, hukum dan sejenisnya untuk mengelola apa yang ada secara optimal. Juga tersedia cukup sarjana teknologi industri, komputer, matematika, fisika, biologi dan sejnisnya untuk menjamin kita mampu mengikuti perkembangan teknologi yang sangat cepat dewasa ini.

Lantas apa masalahnya kok kenyataannya kita belum hidup dalam kemakmuran tersebut ?; begitu banyak kita masih harus mengimpor berbagai kebutuhan kita mulai dari daging, susu dan bahkan makanan ternak. ?. Hasil tambang kita berupa minyak, gas, tembaga dan bahkan emas-pun masih lebih banyak dinikmati investor asing ketimbang kita sendiri ?.

Jawabannya saya rasa ada pada diri-diri kita sendiri; kita begitu sibuk memikirkan diri kita sendiri sampai-sampai kita lupa memenuhi janji kita untuk mengabdi. Karena orientasi pribadi ini pulalah yang membuat mayoritas sarjana pertanian misalnya – tidak bekerja dibidangnya.

Lantas apa relevansi-nya dengan surat Al-Ashr tersebut diatas ?, Surat terpendek dalam Al-Qur’an ini memberitahu kita bahwa kita semua akan rugi; hanya sedikit sekali yang tidak akan rugi yaitu orang-orang beriman, beramal shaleh, saling menasihati dengan kebenaran dan saling menasihati dengan kesabaran.

Setelah kita mengaku beriman-pun kita tetap akan rugi bila belum beramal shaleh dan saling memberi nasihat dengan kebenaran dan kesabaran tersebut. Disinilah pangkalnya, penderitaan kita semua dan bangsa ini akan berkelanjutan (klop dengan konteks semua akan merugi) bila empat hal tersebut tidak menjadi prioritas.

Amal shaleh ini bisa apa saja yang kita lakukan dengan ikhlas untuk mencari ridhlaNya semata yang memberikan manfaat pada diri kita, keluarga, masyarakat sekeliling, juga termasuk bangsa dan negara. Jadi janji ‘mengabdi’ –nya para sarjana baru ini, bisa menjadi amal shaleh bila diniatkan untuk mencari ridhla Nya.. Bila selama 24 tahun sejak tamat kuliah berlalu generasi saya belum banyak menghasilkan amal shaleh ini, mudah-mudahan di sisa usia yang diberikan Allah ini kita bisa mencatatkan amal shaleh sebanyaknya. Bila selama ini kita belum saling memberi nasihat dengan kebenaran dan kesabaran, mudah-mudahan kini nasihat-menasihati dengan kebenaran dan kesabaran ini bisa menjadi budaya negeri ini.

Karena tentu kita semua tidak ingin merugi, mari kita kejar keberuntungan dengan iman, amal shaleh, nasehat dengan kebenaran dan nasehat dengan kesabaran. Selamat menunaikan ibadah puasa, dan kami keluarga besar GeraiDinar mohon dimaafkan bila selama ini dalam tindak-tanduk kami melayani masyarakat ada yang kurang berkenan. Amin. - http://www.geraidinar.com