Misi hidup manusia yang mulia, yakni ibadah kepada Tuhan Pencipta dan visi yang besar, yakni menjadi Khalifatullah (Wakil Allah) di atas muka bumi sudah pasti memerlukan daya dukung yang amat sempurna, baik dalam bentuk hardware (perangkat keras) maupun software (peranglat lunak).
Life Management (Idarratul Hayah) adalah konsep pengemnbagan Sumber Daya Manusia (Human Recource Development). Konsep ini lahir dari hasil interaksi dengan kehidupan lebih sekitar 30 tahun.
Dari hasil interaksi tersebut kami menyimpulkan betapa besarnya peran manajemen dalam hidup ini. Tanpa manajemen, hidup kita bisa terombang ambing di tengah lautan informasi, pendapat, keinginan dan alur pemikiran orang lain.
Life Management (Idaratul Hayah) terdiri dari empat serial buku yang menjadi referensi utama program Spiritual Training dengan kemasan multimedia. Terdiri dari empat level :
- Basic, dengan judul : Road to The Great Success (Manajemen Informasi),
- Intermadiate dengan judul : Self Revolution (Manajemen Syahwat),
- Advanced dengan judul Mission Impossible (Manajemen Hati) dan
- Extraordinary dengan judul : 24 Jam Bersama Allah (Manajemen Prilaku).
Inilah empat macam manajemen yang harus kita kuasai agar pengetahuan, pengalaman dan nilai-nilai yang diyakini dan dipahami dapat menjadi habit (kebiasaan) atau budaya dalam hidup sehari-hari. Disinilah letak rahasia konsep yang kami rumuskan, insya Allah.
"Ya Tuhan Pencipta kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."
SEI EMPOWERMENT (SPIRITUAL, EMOTIONAL & INTELLECTUAL EMPOWERMENT) ROAD TO THE GREAT SUCCESS
MERAIH KESUKSESAN TANPA BATAS
BAGIAN I
METODE SEI EMPOWERMENT (SPIRITUAL, EMOTIONAL & INTELLECTUAL EMPOWERMENT)
Pendahuluan
Misi hidup manusia yang mulia, yakni ibadah kepada Tuhan Pencipta dan visi yang besar, yakni menjadi Khalifatullah (Wakil Allah) di atas muka bumi sudah pasti memerlukan daya dukung yang amat sempurna, baik dalam bentuk hardware (perangkat keras) maupun software (peranglat lunak). Sebab itu, Allah Tuhan Pencipta telah merancang bangunan (struktur) diri manusia menjadi dua bagian. Pertama, berbentuk fisik yang amat sempurna, dilengkapi dengan berbagai komponen super canggih seperti, kepala, mata, telinga, lidah, tangan, kaki, jantung, paru-paru, ginjal, darah dan seterusnya. Kedua, yang berbentuk non-fisik, yakni Ruh (Spiritual), qalb (Qalbu) (Emotional), Akal (Intellectual) dan Nafs (Syahwat). Kendati wujudnya tidak bisa dilihat dengan panca indera sebagaimana bagian fisik manusia, namun keberadaan dan pengaruhnya dapat diketahui dan dirasakan secara pasti.
Sejak dahulu sampai hari ini, para ilmuwan terus melakukan pengkajian mendalam tentang kedua bagian diri manusia ini. Tidak diragukan, bahwa pencapaian ilmu pengetahuan, khususnya di zaman moderen tentang bagian fisik jauh melebihi pengetahuan mereka tentang bagian non-fisik. Sebab itu, pengkajian-pengkajian tentang masalah ini masih terus dijalankan dan semakin hari semakin ditemukan hal-hal yang sangat menarik. Ajaibnya, semakin ditemukan sesuatu yang baru terkait bagian non-fisik manusia, semakin terasa betapa sedikitnya ilmu manusia tentangnya. Hal ini sudah dijelaskan Allah Tuhan Pencipta sejak lebih 14 abad lalu sebagai berikut :
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا قَلِيلا
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah:"Ruh itu termasuk urusan Tuhan Pencipta-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan (tentangnya) melainkan sedikit." (Q.S. Al-Israa’ (17) : 85)
Ayat tersebut dengan jelas menyatakan, urusan ruh (non-fisik manusia yang utama) merupakan urusan Tuhan Penciptanya, yaitu Allah Ta’ala. Dalam hal ini, Allah tidak akan memberikan ilmu tentangnya melainkan sedikit. Namun kata “sedikit” dalam dimensi Tuhan Pencipta yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa tentulah berarti sangat banyak bagi manusia sebagai makhluk yang memiliki kelemahan dan keterbatasan. Dengan pengertian lain, jika manusia mau memperoleh ilmu yang cukup tentang masalah bagaian non-fisik manusia, mereka harus belajar dari Penciptanya melalui referensi standar yang diturunkan-Nya, yakni Al-Qur’an dan Risalah Nabi-Nya Muhammad Saw. Lain halnya pengetahuan tentang fisik manusia, langit, bumi dan isinya, manusia diberi peluang oleh Pencipta untuk mendalaminya sebanyak mungkin kendati hanya dengan menggunakan kecerdasan akal (Intellectual)-nya seperti yang difirmankan-Nya :
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q.S. Al-Baqarah (2):164)
Menarik untuk direnungkan, bahwa bagian non-fisik yang ada dalam diri adalah yang sangat menentukan warna dan gaya kehidupan manusia, khususnya terkait perilaku dan kultur. Anggota tubuh atau bagian fisik hanya merupakan wadah dan alat untuk mengimplementasi kehendak, keinginan dan kecenderungan bagian non-fisik. Oleh sebab itu, dalam berinteraksi dengannya haruslah dengan sistem dan mekanisme yang sesuai dengan apa yang telah ditetapkan Tuhan Penciptanya. Kalau tidak, kemungkinan kesalahan dalam treatment-nya dan mengoperasikannya sangatlah besar karena Penciptanya telah membatasi pengetahuan tentangnya dan tidak dibuka selebar-lebarnya untuk dipelajari manusia seperti pengetahuan tentang masalah-masalah fisik manusia. Kesalahan penanganan masalah non-fisik akan menyebabkan kerusakan dan kehancuran fatal bagi diri manusia yang juga berakibat kehancuran dan kerusakan bagian fisik manusia itu sendiri.
Secara fungsional, para ahli pendidikan dan ahli jiwa membagi masalah non-fisik manusia menjadi empat kategori penting : Pertama, disebut dengan kategori Spiritual. Kedua, kategori Emotional. Ketiga, kategori Intellectual. dan Keempat adalah Syahwat atau Nafsu (Desire).
Keempat unsur tersebut memiliki ukuran-ukuran kecerdasan dan keistimewaan yang luar biasa. Semuanya sama-sama penting dan tidak ada yang lebih penting antara satu dengan yang lain. Namun, karakter dan fungsi masing-masing sangat berbeda. Semuanya harus mendapatkan suplai gizi yang berbeda dengan kadar atau volume sesuai kebutuhan masing-masing agar semuanya tumbuh dan berkembang dengan baik dan seimbang sebagaimana juga halnya dengan anngota tubuh yang menjadi bagian fisik manusia .
SPIRITUAL, EMOTIONAL & INTELLECTUAL EMPOWERMENT (SEI Empowerment) adalah sebuah metode yang kami rumuskan untuk mengenal dan memberdayakan kecerdasan Spiritual, Emotional dan Intellectual secara benar, maksimal dan komprehensif. Dengan metode SEI Empowerment kita dapat mengetahui hakikat ketiga kekuatan yang amat dahsyat yang dianugerahkan Allah kepada manusia.
SEI Empowerment juga menjelasakan peran masing-masing dimensi tadi dalam pembentukan karakter dan kebiasaan/kultur, serta bagaimana ketiganya dapat berfungsi sesuai standar operasional yang diciptakan Allah; Tuhan Pencipta sehingga terbentang di hadapan mereka jalan meraih The Great Success (Kesuksesan Tanpa Batas) dalam perjalanan Wisata Abadi Manusia (Rihlatul Khulud).
Tabel A
SEI Empowerment menjelaskan hal ihwal Spiritual, Emotional dan Intellectual secara komperehensif melalui empat (4) kunci utama seperti yang dijelaskan pada diagram berikut :
1. SEI CONNECTION
Setelah mengisi pengajian di salah satu wilayah Jakrta Barat pada bulan Pebruari 2006 lalu yang dihadiri sekitar 300 peserta, keesokannya saya ditelpon oleh seorang yang mengikuti pengajian tersebut. Dengan isak tangis si penelepon menceritakan ia sangat tersentuh dengan materi yang disampaikan. Sebab itu, ia berani menceritakan sebuah kebiasaan buruknya yang sangat sulit ia tinggalkan, padahal ia tahu, bahwa kebiasaan buruk tersebut sangat terkutuk dan tidak bisa diterima akal sehat. Dia menangis sejadi-jadinya. Katanya, dia tahu, kebiasaan buruk itu menyebabkan Tuhan Pencipta murka sebagaimana yang pernah terjadi pada kaum Nabi Luth As yang melakukan kebiasaan yang sama, sehingga Allah menurunkan siksaan dan azab-Nya kepada mereka.
Anak muda yang menelepon sekitar satu jam itu seakan memaksa saya untuk memberikan kiat-kiat praktis yang dapat meninggalkan kebiasaan buruk yang ditempuhnya sejak beberapa tahun. Padahal dia sudah beristri, akunya. Beberapa terapi di tempat-tempat pengemblengan rohani sudah pula disinggahi. Namun, setelah pulang, penyakitnya kambuh lagi dengan mudah dan tidak bisa ia bendung. Dalam hati saya berkata, ini pasti ada yang salah, khususnya pada proses pendidikan Spiritual dan Emotional yang dijalaninya. Sebab dia melakukannya dengan pengetahuan bahwa perbuatan tersebut sangatlah tercela. Realitas anak muda tersebut menunjukkan ia mengalami split personality (kepribadian terbelah) atau dengan kata lain, dia sedang mengalami sakit Spiritual dan Emotional yang mengakibatkan moralnya ambruk sebagai hasil dari kekeliruan proses pembinaan dan pengembangan Spiritual, Emotional dan Intellectual yang tidak seimbang dan terpecah-pecah. Bisa juga karena salah dalam memberikan makanan atau gizinya.
SEI CONNECTION menjelaskan hubungan antara sisi-sisi Spiritual, Emotional dan Intellectual dalam diri manusia. Ketiga kekayaan manusia yang sangat mahal tersebut adalah satu kesatuan dalam diri manusia dan tidak ada yang boleh diabaikan, dan tidak pula dapat dipisahkan. Ketiganya saling berhubungan, namun memiliki fungsi yang berbeda serta kebutuhan gizi yang berbeda pula. Bila salah satu di antaranya tidak mendapatkan suplai gizi secara cukup atau mendapatkan suplai gizi yang tidak bermutu atau mendapatkan suplai gizi beracun, maka sistem kesimbangan diri manusia akan terganggu yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan perilaku. Penyimpangan perilaku tersebut akan lebih ekstrim dan mengerikan lagi jika ketiganya dalam waktu yang lama sama-sama tidak mendapatkan suplai gizi yang tepat atau tidak cukup. Akibatnya, bisa fatal, yakni sampai kepada kematian yang fenomena awalnya dapat dirasakan seperti stress, gelisah yang berkepanjangan, depresi dan bahkan putus asa. Akibatnya bisa lebih fatal lagi yakni, melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain, atau paling tidak menjadi seorang yang termasuk ke dalam split personality yang berkepanjangan.
Diagram A berikut menjelaskan pola hubungan antara Spiritual, Emotional dan Intellectual. Sedangkan Tabel A menjelaskan fungsi dan kebutuhan masing-masing dimensi Spiritual, Emotional dan Intellectual akan gizi yang sesuai dengan karakter masing-masing.
Diagram A
Tabel A
(Iustrasi C : Manusia yang tidak mampu memberdayakan Spritual, Emotional dan Intellectual secara seimbang dan konprehensif cenderung berprilaku seperti binatang) - http://www.eramuslim.com